DetikPena - Bukan rahasia umum lagi berbagai modus kecurangan kerap ditemui dalam masa pemilu. Mantan politisi Golkar, Poempida Hidayatullah mengungkapkan, modus kecurangan yang umum dilakukan adalah dengan cara manipulasi rekapitulasi surat suara.
"Ini adalah kejahatan kolektif karena diatur dari TPS," ujar Poempida dalam diskusi 'Pencegahan Kecurangan Rekapitulasi Suara' di Restoran Horapa, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/6/2014).
Menurut Poempida, proses kecurangan ini merupakan hal yang berjenjang dari level penyelenggara pemilu paling bawah. Oleh karena itu, ia menganggap KPU pusat harus mengawasinya dengan seksama.
Kertas suara yang masih tersisa, lanjut Poempida, bukan tidak mungkin akan disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk mendongkrak jumlah suaranya. Modus kecurangan tidak hanya berhenti sampai di situ saja, meski kotak suara disegel dan digembok tetapi selama pemegang gembok dapat disuap maka kemungkinan terjadinya menipulasi terbuka lebar.
Mengamini pernyataan Poempida, Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow mengungkapkan masalah kecurangan pemilu sangat rawan terjadi saat rekapitulasi, terlebih pada Pilres 2014 yang tinggal 9 hari lagi.
"Potensi kecurangan sangat besar apalagi dengan cara membayar dan menyuap panitia pemilu. Potensi ini masih sangat mungkin terjadi, mengingat pengawasan terhadap hal ini masih sangat kurang," papar Jerry.
Jerry menambahkan proses distribusi logistik bisa menjadi celah terjadinya kecurangan. Misalnya, tidak menutup kemungkinan adanya ketidakjujuran petugas yang mencetak surat suara di perusahaan percetakan.
"Kita tidak tahu apa yang terjadi pada saat pencetakan surat suara itu. Bisa saja dicetak dengan jumlah lebih kemudian disalahgunakan," lanjutnya.
Hal senada juga dikatakan oleh peneliti senior LIPI, Siti Zuhro. Menurutnya, kecurangan memiliki potensi besar terjadi saat rekapitulasi di tingkat kecamatan dan kelurahan. Ini dikarenakan, panitia yang menangani surat suara di tingkat kecamatan dan kelurahan adalah orang yang sama.
"Jika orang itu telah menerima suapan atau punya kesempatan untuk membuka segel dan gembok kotak suara, kecurangan ini dapat dengan mudah dilakukan. Segel dan gembok yang dipegang penyelenggara memang terkesan aman, tapi sayang ini masih bisa dibuka untuk dimanipulasi. Pengamanan dan segel seperti itu seolah hanya omong kosong sekarang," ujar Sit
0 komentar:
Posting Komentar