JAKARTA: Indonesia membutuhkan keberanian untuk memperjuangkan mentalitas nasional. Keberadaan seorang pemimpin yang jujur, apa adanya, mutlak dibutuhkan saat ini, bukan pemimpin bermental pengemis yang mau dilayani.
Hal itu yang mengemuka dalam diskusi panel Revolusi Mental dalam Konteks Kepentingan Nasional RI sebagai Landasan Kemandirian Ekonomi, Kedaulatan Politik dan Kebudayaan yang Bermartabat, di Jakarta, Kamis (22/5).
“Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, tetapi mentalitas pemimpin kita kecil,” ujar pengamat sosial budaya Yudi Latief, yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut.
Menurut Yudi, mentalitas seorang pemimpin menjadi begitu penting dalam sebuah bangsa yang menginginkan perubahan. Pasalnya, perubahan itu harus dimulai dari revolusi mental.
Merosotnya nilai-nilai luhur mentalitas bangsa, menurut Yudi, terjadi karena adanya distorsi dalam perkembangan revolusi. Bangsa Indonesia yang seharusnya mengedepankan mental investment, justru mengabaikan adanya revolusi mental tersebut.
“Yang paling diabaikan ialah mental investment. Proses karakter tidak pernah dibangun dan tidak pernah disentuh,” terang Yudi.
Karena itu, imbuh Yudi, Joko Widodo yang maju sebagai bakal calon presiden bersama Jusuf Kalla (cawapres) sangat tepat mencanangkan revolusi mental dalam kepemimpinan mereka kelak.
“Kita perlu keberanian untuk memperjuangkan mentalitas nasional.”
Menurutnya, bangsa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang mampu melayani apa yang dibutuhkan rakyatnya. “Harus ada pemimpin yang mau turun ke rakyat, serta pemimpin yang mempunyai kesiapan untuk mendengar rakyatnya,” imbuhnya.
Revolusi mental yang dimulai dari seorang pemimpin juga menjadi penting agar martabat bangsa tidak direndahkan oleh bangsa lain. Dicontohkan, pemimpin bangsa saat ini masih mau didikte oleh negara lain seperti Singapura dan Malaysia.*
Hal itu yang mengemuka dalam diskusi panel Revolusi Mental dalam Konteks Kepentingan Nasional RI sebagai Landasan Kemandirian Ekonomi, Kedaulatan Politik dan Kebudayaan yang Bermartabat, di Jakarta, Kamis (22/5).
“Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar, tetapi mentalitas pemimpin kita kecil,” ujar pengamat sosial budaya Yudi Latief, yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut.
Menurut Yudi, mentalitas seorang pemimpin menjadi begitu penting dalam sebuah bangsa yang menginginkan perubahan. Pasalnya, perubahan itu harus dimulai dari revolusi mental.
Merosotnya nilai-nilai luhur mentalitas bangsa, menurut Yudi, terjadi karena adanya distorsi dalam perkembangan revolusi. Bangsa Indonesia yang seharusnya mengedepankan mental investment, justru mengabaikan adanya revolusi mental tersebut.
“Yang paling diabaikan ialah mental investment. Proses karakter tidak pernah dibangun dan tidak pernah disentuh,” terang Yudi.
Karena itu, imbuh Yudi, Joko Widodo yang maju sebagai bakal calon presiden bersama Jusuf Kalla (cawapres) sangat tepat mencanangkan revolusi mental dalam kepemimpinan mereka kelak.
“Kita perlu keberanian untuk memperjuangkan mentalitas nasional.”
Menurutnya, bangsa Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang mampu melayani apa yang dibutuhkan rakyatnya. “Harus ada pemimpin yang mau turun ke rakyat, serta pemimpin yang mempunyai kesiapan untuk mendengar rakyatnya,” imbuhnya.
Revolusi mental yang dimulai dari seorang pemimpin juga menjadi penting agar martabat bangsa tidak direndahkan oleh bangsa lain. Dicontohkan, pemimpin bangsa saat ini masih mau didikte oleh negara lain seperti Singapura dan Malaysia.*
0 komentar:
Posting Komentar